Selamat siang semuanya..semoga selalu dalam lindungan yang maha kuasa dan bahagia…sooo tetap jaga kesehatan yang utama.
Tabik pu
Setelah mengulas tentang masakan teman santap khas Pulau Pisang berikut resep sederhana pembuatannya, postingan kali ini menampilkan kudapan bercita rasa manis dan gurih yang menjadi ciri khas masyarakat di pulau nan indah ini.
Yuuuuppp ….kudapan kali ini bernama “ibek” biasanya ibek di buat dan disajikan dalam acara pernikahan, akan tetapi semenjak Pulau Pisang mulai ramai di kunjungi wisatawan baik lokal maupun mancanegara, ibek banyak di jumpai dan di jajakan diwarung warung lokal yang banyak dijumpai di depan rumah-rumah warga dengan harga yang bersahabat, Rp 5.000,00- perbungkusnya.
**
“Ibek”merupakan panganan dari bahan sederhana terdiri dari beras ketan putih, gula merah, kelapa muda parut. Kemudian di bungkus secara terpisah dalam bungkusan daun “tembakak” segar yang memang banyak di jumpai tumbuh secara liar di pulau ini (entahlah, saya tidak menemukan nama daun “tembakak”dalam versi bahasa indonesia maupun latin..maafkanlah)
Cita rasa ibek sendiri seperti “kue lupis” karena komposisi bahan –bahan yang dipergunakan dalam pembuatannya sama persis, hanya saja cara pengolahan dan penyajiannya yang berbeda.
Bagi yang belum kesampai ke Pulau Pisang dan penasaran seperti apa penampakan dan rasa kudapan satu ini, berikut resep sederhana pembuatan ibek yang barangkali bisa di coba di rumah :
Bahan utama:
1 kg beras ketan putih, rendam dengan air selama lebih kurang 2 jam
Bahan intin:
1 buah kelapa muda parut halus
1/2 kg gula merah
Cara pembuatan :
- Kukus rendaman beras ketan hingga matang
- cairkan gula merah dengan api sedang sampai gula mengental, kemudian masukan parutan kelapa muda, aduk hingga mengering.
- setelah matang bungkus ketan dengan daun “tembakak” begitu juga dengan intinnya. (jika kesulitan menemukan daun tembakak, bisa juga menggunakan daun pisang ya gesss)
Tarrrraaa proses pembuatan selesai…ibek siap di hidangkan.
Mudahkaaannn gessss
eeiisssttt sebelum makan jangan lupa cuci tangan dan doa yaaa..
Oia mengenai bungkus daun “tembakak” ini, saya pernah bertanya kepada beberapa penduduk dan pembuat ibek “kenapa harus pakai daun “tembakak” kenapa tidak menggunakan daun pisang” jawaban yang saya terima sungguh diluar dugaan saya “entahlah, kami juga tidak tau, setau kami semenjak kami mengenal ibek memang sudah menggunakan bungkus daun tembakak” ( duuuuhhh..,padehal saya mengharapkan akan ada sedikit dongeng hehehe)
Sekian dulu bahasan tentang pulau pisang yaa gessss…kita ketemu ditopik lainnya…tetap jaga setamina, tetap #dirumahajadulu sampai wabah berlalu.
Tabik
Salam sayang dari mami