
“Pasrah”
By : Elly Dharmawanti
Dilorong sunyi kita menjelajahi waktu
Dongeng berabad abad lalu
Dikisahkan para leluhur sebagai pengantar tidur
“Kota ini di jaga matu”
Begitulah kisah dimulai
Embun beku diujung daun, sebuah pagi menggigil
Angin berhembus
dan aroma tubuhmu menyeruak
Kita menatap laut yang sama
Di dermaga nelayan menghitung tangkapan semalam
Setelah menakar keringat dan solar perahu
Mereka terdiam
“Hari ini tak ada ikan yang bisa ditukar lembar rupiah”
Di pelupuk bayangan sulung dengan sepatu lapuk
Dan surat tagihan iuran si bungsu yang menumpuk

“Jangan Tanyakan Sesuatu Yang Tak Perlu”
By : elly Dharmawanti
Kau tau aku seorang pembohong
Mengapa masih saja bertanya tentang rindu
Rindu yang dulu kau titip bersama senja
Dan burung camar yang melintas mega
Maka tanyakanlah lagi tentang hal lain selain rindu
Atau pertanyaan remah yang tak perlu
Sebab bagiku rindu adalah kesakitan dan candu
Yang ingin kuhapus bersama waktu
Waktu yang dulu membuatmu hadir
Waktu yang dulu menyerak yang lahir
Waktu yang dulu ingin kuukir
Waktu yang dulu…
sudahlah aku sedang tak ingin bermain dengan takdir
Juga tak ingin menyapamu dan basa basi yang tak perlu

“Menyusun Ingatan”
By : Elly Dharmawanti
Kekasih
Masihkah kau simpan peta menuju ingatan ku
Juga menandai angka di almanak itu
Maka petikanlah lagi dawai-dawai
Lantunan syair dan dongeng masa lalu
Sebagai pengantar dihari terik yang bising
Aku masih disini
Maafkan jika hingga detik ini aku masih setia menghimpun waktu
Juga Menetap dalam ingatan yang ku susun
Bersama hembusan angin juga rinai hujan

“Tak Setabah Itu”
By : Elly Dharmawanti
Suatu senja di hari selasa
Perempuan itu masih saja menatap langit
Dan awan yang berarak
Burung-burung kecil yang entah apa namanya
hilir mudik melintas mega
Perempuan itu menengadah
Memandang dalam diam
Perih yang ia tahan
Sakit yang ia redam
“Jangan salah tuan
Aku tak setabah itu”