TABIK PUN
Halooo semuanya….masih tetap semangat kan yaaa..meski dalam kondisi gerak yang serba terbatas, yang jelas kita wajib mendukung semua upaya pemerintah dalam memutus mata rantai penyebaran covid 19 dengan tetap #dirumahaja dulu.
Lanjuuutt gessss
Kali ini kita bahas langkah berikutnya setelah beraneka “himpun” dilaksanakan….yuupppp langkah dan tahapan selanjutnya mendekati hari H adalah “Nyani kubu jinjongan”

*
“nyani kubu jinjongan” terdiri dari tiga suku kata ,Yakni : “nyani” yang berarti “membuat”, “kubu” bisa diartikan pondok atau semacam tenda, sedangkan “jinjongan” bisa diartikan “memasak” jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia “nyani kubu jinjongan” berarti : membuat tenda sebagai tempat berteduh dan naungan untuk memasak aneka masakan yang akan disajikan pada acara pernikahan.
Nyani kubu jinjongan ini biasanya dilakukan oleh para kaum bapak-bapak, enam hari sebelum acara dilaksanakan, dengan menggunakan berbagai peralatan yang sebelumnya sudah disediakan oleh pihak tuan rumah, mulai dari bambu, kayu, atap daun rumbia/seng dan aneka peralatan tukang lainnya, dimana lokasi pembuatan kubu jinjongan ini terletak di belakang rumah sahibul hajat atau di belakang rumah tetangga terdekat.
Sementara, sebagai alas lantai tanah biasanya menggunakan susunan papan yang dilapisi dengan hamparan tikar anyaman pandan atau terpal plastik. Dan nantinya dibawah kubu jinjongan inilah tempat para ibu-ibu meracik beraneka macam bumbu dan memasak beraneka ragam makanan, diselingi dengan obrolan serta keriyuhan khas para perempuan.
*
Oiia gesss…sebelum memulai “nyani kubu jinjongan”, biasanya para bapak-bapak yang bertugas terlebih dahulu dipersilahkan menyantap makanan dan minuman yang sudah disediakan oleh sahibul hajat, begitu juga setelah pembuatan kubu jinjongan selesai (yang menjadi ciri khas sajiannya adalah aneka kue yang disediakan oleh sahilbul hajat yakni “buwak Tuha” terdiri aneka kue – kue adat dalam pernikahan seperti buak tat, buwak keras, buak bangkit, cucor dll).
Hmmmm…penasaran kan melihat aktifitas dan keriyuhan para ibu-ibu di bawah kubu jinjongan, ayooo ke Krui, menikmati dan melihat langsung keaneka ragaman budaya dan tradisi masyarakatnya..tapi sabar yaaa..jangan sekarang, tunggu sampai pendemi mereda.
Salam manis dari mami
Tabik