Tabik pun…
Waahhh gak kerasa lebaran bentar lagi yaa gesss…hayoo sapa aja nich yang sudah disibukkan dengan urusan dapur, yang jelas para ibu-ibu sudah bersiap dengan aneka bahan – bahan kue untuk disajikan ketika hari raya tiba.
Apapun itu tetap jaga kesehatan ya geess, terutama ketika berada di keramaian seperti pasar-pasar tradisional yang mulai sesak oleh pengunjung pada akhir ramadhan ini, dan jangan lupa tetap kenakan masker serta menjaga jarak aman. semoga kita semua selalu dalam lindungan dan keberkahan sang pencipta…amin yra.

Di wilayah Pesisir Barat Krui zaman dahulu, ketika saya masih kanak-kanak, Salah satu pangan wajib ketika lebaran tiba adalah “LEMANG”, panganan gurih terbuat dari olahan beras ketan dan santan kelapa ini.
Pada masyarakat, umumnya memasak lemang juga dikenal dengan istilah “ngelemang” yang dalam bahas Indonesia berarti “pembuatan/membuat lemang”.
Tradisi nge-lemang sudah berlangsung turun temurun biasanya dilakukan menjelang lebaran atau pesta pernikahan, yang dalam proses pengerjaannya dilakukan oleh kaum bapak-bapak, secara bersama-sama.
**
Dalam kajian historis “nge-lemang “ sendiri mengandung filosofis yang dalam, dimana pada proses pembuatan lemang tersebut mengajarkan kita arti kebersamaan dan semangat gotong royong dalam masyarakat. Hal ini bisa dilihat dari pembagian peran masing-masing individu dalam proses pembuatannya, mulai dari mencari dan menyiapkan bambu, sebagai wadah, menyiapkan dan memasukkan daun pisang kedalam bambu, pengolahan beras ketan dan kelapa dan memasukkannya kedalam wadah bambu, hingga membuat api dan menjaga kondisinya dengan nyala yang stabil dan sempurna dalam proses pembakarannya. Karenanya meski bahan bahan yang diperlukan sangat sederhana, tapi pada kenyataannya, lemang sendiri tercipta dari proses pembuatan yang rumit dan panjang, itulah sebabnya memerlukan kerjasama banyak orang.

Akan tetapi untuk saat ini, satu hal yang patut kita sayangkan, tradisi nge-lemang ini perlahan-lahan mulai di tinggalkan oleh masyarakat Pesisir barat Krui, kebanyakan memilih untuk menyajikan makanan-makanan yang lebih praktis dan tidak menyita waktu dalam pembuatannya. Jika pun ada dan kita jumpai di buat dan di jual dipasaran saat ini kebanyakan merupakan lemang biasa, yang dalam proses pembuatannya tidak di dipanggang menggunakan medium bambu sebagai wadahnya, soo dari segi rasa dan aroma jelas sekali bedanya.

Berikut resep sederhana bagi yang penasaran ingin nge-lemang di tempat masing-masing ya gesss
Bahan :
4 kg beras ketan putih/hitam
4 liter santan dari perasan 8 buah kelapa tua
Garam secukupnya
Bilah bambu ukuran sedang, bersihkan dalamnya
Daun pisang secukupnya
Cara pembuatan ;
Cuci bersih beras ketan, lalu rendam dalam air kurang lebih selama 3 jam, lalu tiriskan
Campur beras ketan dengan santan dan beri garam secukupnya, kemudian masukkan kedalam bambu yang sudah dilapisi daun pisang
Siapkan perapian dari kayu bakar, dan buat senderan pemanggang di dekatnya
Setalah nyala dan bara api stabil masak dan panggang lemang yang sudah ada di dalam bambu (selama proses ini, jangan lupa untuk membolak-balik, memutar mutar bambu, serta tetap menjaga kestabilan nyala api agar lemang matang dengan sempurna)
Jika sudah matang, angkat dan dinginkan, setelah dingin, belah dan keluarkan lemang dari dalam bambu, kemudian diiris secara melingkar.
Taaarrrraaa….lemang lezaatt siaap di hidangkan dan disantap bersama tape ketan atau rendang daging…..sedaaaappp.
Salam sayang dari mami
tabik