“Kellitah” #part 6
“TENAI LAWOK LUNGKUNG HAMARA”
Tabik pun
Apa kabar semuanya, semoga selalu sehat dan bahagia serta selalu dalam lindungan yang maha kuasa. Bagi yang sudah mulai melakukan aktifitas aktif di luar rumah, tetap ikuti protokol kesehatan terkait covid 19 ya gess…karena pemberlakuan sosial bersekala besar maupun new normal di beberapa wilayah bukan berarti kita sudah benar-benar aman dari pandemi ini…so tetap jaga kesehatan fisik dan mental yaa..dan tetap berkarya.
Yuuukk kita lanjut membahas berbagai kellitah yang bisa di gunakan oleh masyarakat Pesisir Barat Krui untuk menggambarkan situasi/kondisi seseorang kepada orang lain maupun personal, biasanya terkait dengan prilaku, sikap dan tindakan terhadap sesama.
“kellitah” sendiri jika di terjemahkan kedalam bahasa yang lebih luas, merupakan istilah atau pribahasa dan perumpamaan dalam bahasa Lampung yang banyak digunakan dan dipakai dalam kehidupan sehari-hari warga Pesisir Barat Krui.
Lanjut yuk…ini dia : TENAI LAWOK LUNGKUNG HAMARA
Kellitah “tenai lawok lungkung hamara” merupakan perumpamaan dan penggambaran akan sifat rakus dan tamak manusia yang tidak pandang bulu berkaitan dengan hasrat dan nafsu duniawi.

Kllitah satu ini terdiri dari dua kalimat dengan empat suku kata dasar dalam bahasa Lampung, yakni :Tenai : yang dalam bahasa Indonesia berarti “perut”
Lawok : dalam bahasa Indonesia berarti “laut”
Kalimat ini memiliki perumpamaan dan pengertian berupa kondisi /keadaan seseorang yang memilki nafsu besar terhadap hal yang bersifat keduniawian, sifat serakah terhadap harta dan kekayaan. (seperti halnya laut luas dan dalam dengan beragam isinya, bisa menampung semua tanpa pilah, mulai dari hal baik sampai dengan sampah dan bangkai, di telan dan di tampung semuanya ).

Untuk kalimat lanjutan “ lungkung hamara” yang dalam Bahasa Indonesia, Memiliki pengertian dan perumpamaan dengan “kerongkongan seseorang seperti muara tempat bertemunya sungai dan laut”, kelitah ini juga menggambarkan tentang sifat serakah dan tamak yang ada dalam diri manusia, seperti hal nya muara sebuah sungai, semua yang hanyut di tampung dan diterima, besar/kecil, wangi/busuk. Kalimat “lungkung hamara” Terdiri dari dua suku kata dalam Bahasa daerah Lampung Pesisir, yakni :
Lungkung : yang dalam Bahasa Indonesia berarti “kerongkongan”
Hamara : atau dalam Bahasa Indonesia sama dengan “muara”, tempat bertemunya sungai dan lautan
Hmmmm…gimana, seru dan asik kan belajar kellitah dan filosofi serta pesan-pesan moral yang terkandung di dalamnya, makanya ikuti terus kelanjutannya yaaa…karena masih banyak kellitah-kellitah lain yang tak kalah keren, yang wajib untuk di baca. Tapi untuk kellitah satu ini jangan ditiru yaaa…tidak baik bagi kesehatan jiwa dan raga.
Salam sayang dari mami
tabik