Tempat Tinggal Orang Kroe Tempoe Doeloe : O.L. Helfrich

Spread the love
1,199 Views

Tempat Tinggal Orang Kroe Tempoe Doeloe : O.L. Helfrich


Sebutan umum tempat tinggal orang Lampong adalah Pekon. Pekon ini sebisa mungkin dibangun di atas atau di dekat tepian sungai dan anak sungai serta di pinggir-pinggir pantai , dan biasanya terletak menyatu di kawasan pantai marga. Rumah-rumah biasanya dibangun secara gotong royong oleh kerabat, teman dan kenalan. Upah tidak ditentukan dalam hal ini. Pemilik rumah biasanya hanya menyediakan makanan.

Tatanan bangunan rumah sangat teratur, terdiri dari dua baris rumah yang dibangun di bujur sangkar dan di mana mereka berdiri tegak lurus satu sama lain. Ada alun alun dusun, disebut laman. Rumah-rumah itu berdiri diatas panggung (tijang doedoek) empat kaki di atas tanah, atau di atas balok-balok yang diletakkan bersilangan (klindang).
Tiang-tiang biasanya dipangkas dengan indah jarang sekali selesai dengan rapi dan dilengkapi dengan ukiran. Rangka kuda selalu terbuat dari kayu yang menggunakan jenis kayu terbaik seperti merantih, kalom, kajoe muloe, kajoe nitoe, kajoe karta pring, kajoe kloetoum dan kajoe seriau.


Dinding rumah terdiri dari bambu yang diratakan atau kulit pohon (kulit kajoe), jarang dari papan (papan).
Lantai rumah dari bambu. Atap rangkanya dari kayu, untuk daerah bawah ditutupi dengan daun kelapa atau nipa, sementara bagian atas atap ditutup dengan ijuk. Atap di bagian bawah ditutupi dengan atap rumbija, atap kelapa atau atap nipa (nipah), sedangkan di bagian atas ijuk adalah bahan penutup yang umum. Untuk atap, daun poear, gijam dan selapan juga digunakan, selain sirup (genteng kayu).

Hanya untuk penutup rumah ladang, yang seringkali hanya terbuat dari bambu, digunakan anggota bambu belah (belit), satu lapis diletakkan pada rangka atap dengan sisi cekung menghadap ke atas dan sambungannya ditutup dengan sisi cembung oleh lapisan kedua. . Penutup rumah dengan telur gulung, dengan menggunakan bambu yang dipotong sangat halus sangat jarang ditemukan. Bentuk atap biasanya berbentuk baji dan dipotong segi empat atau kerucut. Atap ganda sangat jarang ditemui. Menurut bentuknya dibedakan, yakni rumah-rumah di lamban kawi boentoer, lamban boeah sepang, lamban gadja merom limas.


Rumah (lamban) dibangun sederhana, dengan bagian yang sama rata. Sebuah tangga kecil dari bambu (djan pering) / atau dari kayu (djan papan) mengarah ke sebuah galeri (garang) di sisi rumah. Di ujungnya ada pintu utama (rangok). Ketika seseorang memasukinya.


Bagian rumah itu terbagi menjadi tiga ruangan:
kanan belakang (kebik) terdiri dari beberapa kamar tidur (lebing) atau merupakan ruang tak terbagi, di mana tirai gantung (tabir) menunjukkan area tidur.
bagian tengah (haloenan) sesuai dengan tempat tinggal dan hubungan kerja merek terdapat dapur (sengkala) dengan perapian (toengkoe). Toengkoe ini tidak lain adalah sebuah palung persegi yang diisi dengan tanah, di mana di dua tempat tiga batu ditempatkan miring ke tanah untuk merebus panci dan wajan, dan di antaranya diletakkan kayu bakar yang diperlukan untuk membuat api.

Di atas haloenan dan kebik disediakan satu langit-langit (panggar), tempat penyimpanan barang. Dan juga untuk tempat sarang bambu atau kayu yang terpisah. Sebuah langit-langit kecil dan rendah (Akalan) di atas berfungsi juga sebagai tempat penyimpanan peralatan dapur.

Seperti kebanyakan rumah penduduk asli, rumah orang orang Lampong tidak memiliki ventilasi dan cahaya yang memadai. Kecuali di pintu yang menerima cahaya hanya melalui bukaan palka jendela (singkappan/sekapan), di salah satu sisi kebik ada palka atau jendela di sisi dapur. Karena daun jendela ini biasanya tertutup, rumah hanya menerima cahaya melalui pintu. Jarang ditemukan lubang intip (ventilasi udara/lubang angin) yang ditemukan disamping lubang palka/jendela itu .


Ruang bawah rumah (bah lamban) berfungsi sebagai tempat tinggal/kandang ayam dan kambing dan juga tempat penyimpanan kayu bakar (djawan sarangan). Para kepala marga dan orang kaya memiliki rumah yang lebih baik. Di dalamnya bertemu Galeri bagian dalam (aula/lapang luwar) sudah dibangun dan dapur seringkali tidak lagi di dalam ruangan, tetapi dibangun di bawah tempat yang terpisah. Sisi lain di atas, gaya rak yang tersusun rapi meski dalam pemotongan yang kasar dengan lantai yang terbuat dari kayu/papan.


Rumah pasirah dan proatin diberi nama-nama yang ini diberikan pada pesta besar yang dirayakan pada saat pengangkatan mereka (pemberian gelar) :
Rumah-rumah pasirah disebut: bandar dalom, lamban dalom, lamban sengketa, lamban ballak dan rumah-rumah proatin disebut : bandjar mas, soeka bandjar, lamban bandu.


Di pekarangan yang sama di sebelah rumah-rumah, terutama di daerah pegunungan, ditemukan kandang kuda (lamban kuda), yang seluruhnya terbuat dari bambu, dengan penutup bambu, dan kadang juga terdapat kandang untuk kambing, yang diletakkan di atas tiang tinggi, Tangga kayu lebar, yang diatur pada jarak yang sama satu sama lain.
Akses dekat rumah di luar dusun adalah lumbung padi (balei) dan gerobak kerbau (kekoh) Di sekitar rumah rumah juga ditemukan kandang untuk ayam aduan, merpati dan tempat untuk ayam petelur.


Biasanya disetiap rumah, ada halaman kecil dengan pagar bambu, kayu hidup, atau semak belukar. Bunga-bunga seperti kembang tjangkei, kembang seratoes, dll ditanam di pekarangan dan juga ditata untuk kebun sayur.

Print Friendly, PDF & Email

Related posts