Nama William H. McDougall tidak familiar di Lampung-Palembang-Bangka. Dia warga Amerika Serikat. Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia & Perang Dunia II, dia bekerja sebagai koresponden surat kabar United Press, ditempatkan di China. Tahun 1942 dia ditugaskan ke Hindia-Belanda untuk meliput perang yang segera terjadi di Jawa.
Saat tensi perang makin tinggi, dia dan 200-an orang (mayoritas warga Belanda) menyelamatkan diri menggunakan sebuah kapal Belanda. Awal Maret 1942, kapal berangkat dengan rute menyisir pesisir barat Sumatera. Di Samudera Hindia, kapal yang ditumpanginya dibom oleh pesawat tempur Jepang. Yang berusaha menyelamatkan diri dengan sekoci, ditembaki senapan mesin dari udara.William termasuk yang selamat. Hampir seminggu terapung di lautan, dia dan seorang temannya (DeWitt Hancock, koresponden Associated Press) terdampar di Krui (Lampung).
Mereka berencana menunggu kapal dan melanjutkan perjalanan ke Mentawai. Sayangnya, keberadaan mereka di Krui keburu diketahui tentara Jepang.

Paragraf pembuka tulisan berjudul “Capture”, dimulai saat William sedang sarapan pagi di sebuah hostel Krui. Dia disambangi dan diinterogasi tentara Jepang. Saat itulah kisah hidupnya sebagai tahanan dimulai. Dia dibawa ke Liwa, untuk seterusnya dipenjara di Palembang dan Bangka. 3,5 tahun Willian menjadi tahanan Jepang (April 1942- Sep 1945). Setelah bebas dari penjara di Bangka, dia kembali ke Palembang untuk mengambil tulisan-tulisannya (catatan & buku harian) yang dikubur di sebuah rumah sakit (Charitas). Kisah nyata perjalanan hidup William semasa menjadi tahanan (terapung di lautan, ditangkap di Krui-Liwa, ditahan di Palembang & Bangka) ditulisnya dalam buku “Six Bells Of Java” (1948). Buku lanjutan tentang pengalamannya saat dalam kamp tahanan di Palembang dan Bangka berjudul “By Eastern Windows” (1949).
Sumber FB : Arman Az