Haloo asalamualaikum wr wb…apakabar semuanya ? semoga semakin sehat dan bahagia, serta jangan lupa untuk tetap menerapkan protokol kesehatan dimanapun kita berada, karena meskipun kondisinya mulai baik-baik saja, kita tetap tidak boleh lengah dan tetap waspada.
Anyway kali ini saya akan berbagi informasi mengenai salah satu seni tradisi lisan yang ada di Negrinya para Sai Bathin dan para Ulama, semoga informasi ini bisa menjadi pematik bagi upaya –upaya pelestarian adat dan budaya di Kabupaten yang kita cintai.
Beberapa hari yang lalu pada rabu 10 November 2021 bertepatan dengan peringatah hari pahlawan, saya berkesempatan menemani tim balai bahasa Kemendkbud dan para penggiat budaya Lampung, melakukan riset dan pendokumentasian terhadap salah satu sastra lisan yang nyaris punah di wilayah Kabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung, tepatnya di Pekon Tanjung Jati Kecamatan lemong.
Pekon Tanjung Jati Kecamatan Lemong sendiri, bisa ditempuh melalui perjalanan darat dari kota Kabupaten selama kurang lebih 2 jam perjalanan dengan panorama pesisir pantai yang mempesona serta deretan rumah rumah penduduk khas lampung pesisir.
Di Pekon Tanjung Jati Kecamatan Lemong, kami hendak menemui salah satu tokoh dan pelaku tradisi lisan “Adidang” yakni Bapak A Moefid Dalena, Gelar Raden Mangku Negara yang juga merupakan ahli tutur “butetah” salah satu tradisi lisan yang biasa digunakan ketika prosesi pemberian “adok” atau gelar kebangsawanan.

Kedatangan kami dan rombongan disambut dengan antusias oleh warga dan para penyimbang adat dengan prosesi penyambutan tamu adat Lampung, dengan menggunakan iringan tetabuhan rebana, silek , payung agung, dan dibawah bendera panji-panji kebesaran adat serta lantunan syair tembang dan pemujian terhadap kebesaran sang pencipta serta pemulian terhadap tamu yang hadir (saya pribadi dan seluruh rombongan, merasa tersanjung dan terharu dengan ini).
Sebelum Prosesi “Adidang” berlangsung, kami dipersilahkan terlebih dahulu untuk duduk menikmati minuman dan aneka hidangan yang telah tersedia bersama seluruh penyimbang adat Pekon Tanjung Jati, diiring obrolan ringan sebagai pembuka perkenalan.

“Adidang” sendiri merupakan seni tutur/lisan yang digunakan sebagai pengiring pada acara “nyambai” yakni penampilan tarian yang dibawakan oleh para gadis-gadis Lampung pada suatu pesta adat yang diselenggarakan, para gadis tersebut mengenakan pakaian dan kain khas Lampung (Tapis) serta baju dan aksesoris lengkap termasuk mengenakan siger sebagai hiasan dikepala, dengan pelengkap kipas di kedua tangan, mereka menari mengikuti iringan irama gulintang dan tabuhan rebana, bergerak dengan gemulai, melambaikan kipas, dengan gerakan teratur, berdiri, membungkuk, jongkok, memutar kekiri dan kekanan, mengikuti irama dan lantunan syair adidang yang dibawakan.
Lantunan syari dalam “adidang” ini biasanya berisikan pesan pesan moral khususnya pada gadis yang sedang melakukan tarian dan umumnya kepada semua gadis yang hadir pada saat acara berlangsung, sebagai bekal mereka dalam kehidupan dan pergaulan sosial.

Lantunan syair pertama dalam “adidang” merupakan kalimat pembuka serta salam penghormatan dan pujian kepada para tetua adat dan tetua pekon:
Cabiklah cabik daunmu kangkung
Batang kemuning dibungkus kain
Tabik lah tabik kepala kampung
Kami disini numpang bumain
syari berikutnya merupan inti dari “adidang” itu sendiri yang berisikan pesan moral, bisa dalam bentuk sindiran maupun perumpamaan (dengan syair yang lebih panjang):
pulaulah pandan jauh ditengah
dibalik pulau silangsa dua
hancurlah badan dikandung tanah
budi nan baik terkenang jua
sayalah tidak menanam nanas
pohon pepaya didalam padi
sayalah tidak memandang emas
budi bahasa yang kami cari
jika mandi dihilir hilir
jika berkata dibawah bawah
tidak kan hilang intan dipasir
budi bahasa itulah tuah
kemudian untuk selanjutnya merupakan syair penutup, berupa kalimat perpisahan sebagai tanda akan berakhirnya prosesi “adidang’ itu sendiri
anaklah bugis menanam serai
kiriman anak si raja jambi
jangan menangis kita bercerai
dilain waktu bertemu lagi.
Tabik
Elly Dharmawanti
Ketua Harian Dewan Kesenian Kabupaten Pesisir Barat Lampung