“Batu Mikhau” objek wisata yang berlokasi di Pekon Pugung Malaya Kecamatan Lemong ini, bisa di tempuh kisaran 1 jam perjalanan dari ibu Kota Kabupaten Pesisir Barat dengan menggunakan kendaraan roda dua atau empat, dengan pemandangan laut nan indah dan juga perbukitan yang asri di kiri kanan selama perjalanan.
Dan bagi kalian yang sedang melintasi wilayah Pesisir Barat menuju kota Manna Bengkulu, kalian juga akan dengan jelas bisa melihat pantai ini bahkan hanya dari dalam kendaraan yang sedang melintas sekalipun.
Pantai Batu Mikhau merupakan tempat yang asik buat menghabiskan waktu, menikmati keindahan ciptaan yang maha kuasa serta tempat foto yang sangat instragramabel karena selain berhadapan langsung dengan pantai berpasir putih, juga gugusan batu karang yang menjulang tinggi dengan keunikannya masing-masing.
Saat ini Pantai Batu Mikhau sudah mulai di kelola secara swadaya oleh masyarakat setempat, dengan menyediakan beberapa pondok untuk berteduh, tempat parkir yang aman dan pondok-pondok jajanan lokal.
gugusan batu karang di pantai batu mikhau ini, punya kisah dan nama-nama tersendiri. konon katanya tempat ini dahulu kala merupakan wilayah kerajaan yang terhubung dengan kisah ” si pahit lidah” seseorang sakti mandraguna yang semua perkataannya bisa terwujud nyata.

Menurut cerita yang berkembang dimasyarakat setempat, pada zaman dahulu ditempat tersebut sedang berlangsung pesta rakyat dengan segala kemeriahannya, “si pahit lidah” menyaksikan kemeriahan pesta tersebut dari puncak bukit serta berteriak memanggil warga untuk meminta sesuatu, akan tetapi karena jarak yang jauh warga tidak bisa mendengar dan tetap melanjutkan pesta. Hal ini membuat “si pahit lidah” merasa gusar sehingga ia mengutuk seisi kampung menjadi batu.

Hingga kini oleh masyarakat setempat beberapa gugusan batu karang di pantaj Mikhau ini di beri nama sesuai dengan penyerupaan bentuknya, mulai dari batu kebau yakni sebuah batu yang menyerupai hewan kerbau (kebau = kerbau, dalam bahasa indonesia), batu jan merupakan batu yang menyerupai tangga (jan= tangga, dalam bahasa indonesia), batu tala, batu kebayan (pengantin)dan lain-lain sesuai dengan bentuk batu-batu tersebut.