Ngejalang kubor dan bukhegahan masjid biasanya dilakukan di tiap pekon dengan waktu yang berbeda beda.
Ngejalang kubor merupakan tradisi yang sudah dilaksanakan secara turun temurun oleh masyarakat Pesisir Barat Krui, memanjatkan do’a do’a kepada keluarga, sanak famili, handai taulan yang sudah duluan menghadap sang khalik, dipimpin oleh pemuka agama setempat dan diikuti oleh masyarakat yang sudah berkumpul di suatu tempat di lingkungan sekitar komplek pemakaman , tentunya acara ini dilaksanakan setelah masing masing keluarga melakukan ziarah tersendiri di makam keluarganya masing-masing.
Setelah acara ngejalang kubor selesai, para warga bersama-sama menyantap hidangan berupa aneka kue dan minuman yang sudah disediakan oleh masyarakat yang ikut, yang biasanya dihidangkan dalam “pahhar” (semacam nampan dari almunium atau kuningan dengan kaki penyangga yang cukup tinggi, dengan tutup kain aneka motif hiasan)
Setelah hidangan disantap, sisanya bisa di bungkus dan di bawa pulang sebagai berkat, atau dalam istilah masyarakat biasa disebut“tedda”
pada sore hari setelah ngejalang kubokh dilanjutkan dengan “bukhegahan masjid” yakni menggelar doa bersama di masjid pekon setempat (dibeberapa pekon ada juga yang langsung dilaksanakan tidak menunggu sore hari).
“Bukhegahan masjid” ditutup dengan makan besama seluruh jemaat yang hadir, dengan sajian hidangan makanan dan lauk pauk lengkap yang disajikan di atas pahakh.