“Memalam pitu likokh”
Memalam Pitu Likokh biasanya dimulai pada malam 27 ramadhan sampai malam takbir dikumandangkan, pada setiap halaman rumah, obor dan susunan tinggi batok kelapa yang sudah dilobangi tengahnya yang biasa disebut memalam sudah tersusun rapi tegak kokoh tertancap di tanah sebagai penyangganya, aktifitas mengumpulkan batok kelapa ini sudah di mulai jauh hari sebelumnya ya, para anak kecil akan berkeliling mencari batok kelapa dari rumah kerumah dan ada juga yang memang sengaja mengumpulkan batok kelapa setelah memasak makanan bersantan.

Dan ketika malam tiba, api mulai menyala dengan terangannya. Selepas sholat isya dan sholat teraweh memalam mulai dibakar
Dahulu sebelum listrik mengaliri rumah rumah penduduk seperti saat ini, ketika memalam Pitu Likokh tiba, muli-muli akan dengan senang hati memungut bara tempurung kelapa untuk bahan bakar ketika menyetrika baju lebaran, ibu-ibu sibuk membuat aneka bumbu masakan atau kue lebaran, dan tentu saja anak-anak yang bermain dengan riang gembira, mengerubunim nyala api sementara anak anak dengan riang bermain di bawah nyala api dengan riang, berkeliling kampung, berlari kesana kemari, bermain dengan riuhnya dan bernyanyi :
Memalam pitu likokh/Takebber
Wat sanak telu midor/Sai duri lebon sintter.
kisah tak terlupakan yang sering dituturkan para tetua tentang tradisi memalam pitu likor ini adalah bahwa tradisi ini merupakan penghormatan kepada arwah para leluhur serta keluarga yang telah lebih dahulu menghadap sang pencipta.

Diyakini ketika menjelang idhul fitri, para arwah tersebut akan “pulang” mengunjungi keluarganya dalam rupa lain seperti kunang-kunang, sedangkan obor, lampu, atau susunan batok kelapa yang di bakar merupakan cahaya penerang sebagai penunjuk jalan pulang.
Terlepas dari dongeng masa lalu “memalam pitu likor” merupakan sebuah tradisi yang mengandung nilai nilai luhur, semangat kekeluargaan dan gotong royong yang patut kita jaga dan lestarikan.